Saat aparat keamanan melakukan penangkapan di salah satu rumah yang
dikelola Yayasan Gulen, kedua mahasiswi ada di rumah tersebut.
Media-Andesdi - Dua mahasiswi Indonesia yang menempuh studi di Turki ditangkap aparat setempat setelah ada kecurigaan mereka terkait dengan Fethullah Gulen, sosok yang disebut pemerintah Turki sebagai penggerak upaya kudeta. Kedua mahasiswi tersebut ditangkap di rumah tinggal mereka di Kota Bursa, Turki, pada 11 Agustus lalu. Mahasiswi pertama dengan inisial DP berasal dari Demak, Jawa Tengah. Seorang lainnya, dengan inisial YU, berasal dari Provinsi Aceh. Juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Arrmanatha Nasir, mengatakan penyelidikan terhadap keduanya masih berlangsung.
"Saat ini mereka masih diinvestigasi sejauh mana mereka dicurigai
terlibat gerakan Gulen. Namun sampai saat ini belum ada konfirmasi atau
indikasi keterlibatan mereka dalam kelompok Gulen," kata Arrmanatha.
Keduanya, menurut Arrmanatha, merupakan mahasiswi yang mengenyam pendidikan di Turki berkat beasiswa dari sebuah lembaga swadaya masyarakat asal Turki bernama Pacific Countries Social and Economic Solidarity Association atau PASIAD. "Kita juga telah memanggil charges d affaires Turki di Indonesia untuk menyampaikan penahanan WNI kita di Turki yang kebetulan mendapat beasiswa PASIAD," kata Arrmanatha. Klarifikasi penangkapan Secara terpisah, Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar
Negeri RI, Lalu Muhammad Iqbal, mengatakan Kedutaan Besar RI di Ankara
belum mendapat pemberitahuan resmi mengenai tuduhan yang dijatuhkan
kepada kedua mahasiswi. "Diperoleh penjelasan bahwa semula keduanya tidak termasuk target
penangkapan.
Namun saat aparat keamanan melakukan penangkapan di salah
satu rumah yang dikelola Yayasan Gulen, kedua mahasiswi ada di rumah
tersebut dan mengakui bahwa mereka berdua memang tinggal di rumah
tersebut," kata Lalu. Hingga kini, kata Lalu, KBRI Ankara berupaya memberikan perlindungan kepada keduanya dengan menyediakan pengacara. Sejak upaya kudeta yang gagal pada 15 Juli lalu, pemerintah Turki berupaya menahan semua pengikut Fethullah Gulen di semua lini, termasuk di antaranya LSM pendidikan PASIAD. Dalam rilis pers tertanggal 28 Juli 2016, Kedutaan Besar Turki
di Jakarta mengumumkan bahwa PASIAD terkait dengan Fethullah Gulen dan
meminta sembilan sekolah yang tersebar di Indonesia ditutup karena
bekerja sama dengan PASIAD. (BBC Indonesia)