Catatan :

Bom Sarinah, Fotografer TEMPO Eh Dikira Teroris


 
Media Andesdi - Jakarta Menjadi seorang Jurnalis dan Jurnalis foto memang penuh resiko, apalagi saat konflik bersenjata, kerusuhan, maupun ledakan BOM. Kali ini dialami oleh seorang fotografer TEMPO. Dalam bom Sariniah ia sempat dikira sebagai pelaku teroris. 
Dalam laman Tempo di beritakan, seorang fotografer Tempo, Subekti, sempat dikejar polisi karena dikira terlibat serangan bom di Jalan M.H. Thamrin. Beruntung, Subekti bisa membuktikan bahwa dirinya pekerja pers. “Dia punya kartu identitas pers dan bawa kamera,” kata Amston Probel, koordinator lapangan fotografer Tempo, Jumat, 15 Januari 2016. 

Menurut Amston, Subekti berada di Pos Polisi Bundaran Hotel Indonesia saat bom pertama meledak di gerai Starbucks, Gedung Cakrawala, sekitar pukul 10.30. Saat mendengar informasi tentang ledakan itu, tanpa pikir panjang dia melesat dengan sepeda motornya, Kawasaki trail warna hijau. “Saat saya telepon, dia mengatakan sudah berada di lokasi. Dia juga bilang, persis di depan ada satu orang kena tembak,” ujar Amston.


Subekti tidak menyebutkan apakah orang yang kena tembak itu pelaku atau korban. Yang jelas, dia langsung beraksi dengan kameranya. Tidak berapa lama, terdengar lagi suara ledakan yang cukup besar. Ledakan ini membuat Subekti jerih juga. Dia buru-buru mendekati sepeda motornya dan meninggalkan tempat itu. 


“Karena takut, dia memang memacu sepeda motor sekencang-kencangnya ke arah Bundaran HI,” tutur Amston. Aksi Subekti ini ternyata menjadi perhatian polisi. “Nah, saat itulah beredar kabar bahwa ada satu pelaku yang kabur menggunakan motor trail dan menenteng senapan AKA 47.”

Amston menambahkan, ciri-ciri pelaku yang duga kabur itu mirip dengan Subekti. Berbaju putih dan menggunakan sepeda motor trail warna hijau. “Mungkin yang dikira senapan AKA 47 itu adalah kamera,” ucapnya. Kebetulan Subekti membawa kamera dengan lensa tele panjang 70-200 milimeter. Sekilas memang dia seperti menyelempangkan senjata api. 


Seorang polisi berpakaian sipil ternyata memburu Subekti. Dia melihat sepeda motor yang dikejar berhenti dekat Pos Polisi Bundaran HI. “Polisi itu mendekati Subekti,” ujar Amston. “Sempat ada ketegangan karena polisi mengira Subekti adalah pelaku peledakan. Tapi, setelah dapat penjelasan, akhirnya polisi itu pergi.”


Celakanya, kata Amston, informasi tentang pelaku yang kabur menggunakan sepeda motor trail warna hijau menyebar dengan cepat. Bahkan, setelah insiden bom di Jalan Thamrin reda dan sejumlah pelaku ditangkap, informasi itu masih tetap jadi perhatian. “Jadi tetap masih ada anggapan seorang pelaku kabur dengan trail hijau,” katanya. 


Gara-gara informasi yang keliru itu, Subekti akhirnya tidak berani ke kantor menggunakan sepeda motor trail-nya. “Dia hari ini naik sepeda motor lain," tutur Amston. "Saya harap kesalahpahaman ini bisa diluruskan.” (sumber TEMPO.CO)
Comments
0 Comments


EmoticonEmoticon