Brian Klemmensen (Orang Denish) ikut menghadiri Milad GAM ke 35 di Denmark, [Foto/Lauttawar] |
ACEH GOET
Milad GAM di Denmark, Cara Berpikir Politikus di Aceh Diumpamakan Dengan Sebuah Komputer
Catatan: Tarmizi Age (Mukarram)
ACEH GOET – Hari ini 4 december 2011 tepat 35
tahun penyataan kemerdekaan oleh Tgk Hasan Muhammd Di Tiro, sebab itu
sebagai rakyat Aceh, kita tidak bisa melupakan hari bersejarah ini
dengan begitu saja. Harga perjuangan ini bukanlah murah, darah, harta,
tenaga dan nyawa telah diberikan oleh bangsa Aceh. Tapi ternyata Allah
lebih tau apa yang terbaik untuk Aceh.
Perangpun berhenti setelah perdamaian Helsinki, maka roda kehidupan
rakyat Aceh berubah, nafas lega telah bisa berhembus kembali, dimana
rakyat Aceh tidak lagi mendengar desingan peluru, tidak lagi takut untuk
pergi ke kebun dan kesawah. Alhamdulillah kita ucapkan atas kedatangan
perdamaian ini.
Karena itu rakyat Aceh harus menjaga perdamaian yang telah diperjuangkan oleh GAM dan rakyat Aceh dengan kesusahan dan air mata.
Peringatan Milad di Denmark yang di adakan pada sabtu 3 December
2011 di kota Aalborg, begitu meriah sekali, semua kelihatan
bersemangat, panitia yang di motori oleh anak muda ternyata sangat
membanggakan.
Semangat untuk mengadakan milad GAM yang ke 35 telah mengalahkan cuaca yang dingin menusuk sampai ketulang.
Peringatan Milad GAM ke 35 turut serta di isi dengan pidato Makmor
Habib (yang saat itu masih bertugas sebagai waki ketuha di Denmark).
Dalam pidatonya Makmor Habib lebih banyak menyinggung tentang
bagaimana rusaknya cara berpikir politikus dan orang yang di anggap
penting di Aceh. Makmor Habib mengumpamakan kerusakan itu dengan sebuah
komputer. Menurut dia, kalau komputer rusak program maka komputer itu
harus di reinstall, untuk membuang virus atau oveload yang telah
membuat computer itu rusak. Untuk memudahkan peng install-an diperlukan
Back up yang original.
Agar komputer tidak ketinggalan jaman maka setelah mengembalikan
program komputer ke yang aslinya, harus secepatnya di update, biar
computer tidak ketinggal jaman. Setelah itu baru barulah kita masukkan
program – program baru yang tidak ada virusnya.
Tentang
kelakuan yang aneh pada pilitikus dan orang penting di Aceh, Makmor
Habib menyinggung sedikit tentang penyakit yang dinamakan ADHD
(Attention Deficit Hyperactivity Disorde), penyakit ini biasanya ada
pada anak-anak, dimana anak tersebut susah di atur dan tak mau di atur,
dulu dokter di Denmark memberikan obat penenang pada anak tersebut biar
dia tenang dan mau mendengar apa yang orang lain katakan. Tapi kan tidak
mungkin politikus dan orang penting di Aceh harus di kasih obat
penenang itu, karena mereka semua sudah dewasa dan sudah tau apa yang
baik dan apa yang buruk, apa yang penting dan apa yang tidak penting.
Tapi sangat disayangkan, sekarang ini kelihatannya mereka terlalu sibuk
dengan pekerjaan yang tidak terlalu penting dan sama sekali tidak ada
untungnya untuk rakyat Aceh. Sebab itulah menurut Makmor Habib Politikus
dan orang-orang yang di anggap penting di Aceh sudah salah program dan
sudah di masuki virus yang sangat parah.
Untuk memperbaiki semua ini memang butuh waktu dan hanya mereka
sendiri yang bisa memperbaikinya, karena mereka yang sebenarnya mereka
tau kalau mereka silap dan orang lainpun tau akan hal itu, kalau dam
teori Johari windows ini sebutkan dengan ”OPEN”. Cuma mau atau tidak
saja mereka memperbaiki kesilapan mereka itu.
Hal ini menurut Makmor Habib, perlulah kerja sama semua rakyat
Aceh, karena kalau diharapkan pada mereka saja maka mereka tidak akan
berubah, rakyat Aceh harus bangkit dan bersatu agar Aceh di masa hadapan
akan maju dan bermartabat. Peran alim ulama, Wali Nanggroe serta
mahasiswa sangatlah penting untuk menyelesaikan dilema internal yang
sedang terjadi di Aceh saat ini. Sebab itulah menurut Makmor Habib,
seorang Wali Nanggroe tidak boleh memihak, baik kelompok politik,
organisasi atau person, seorang Wali Nanggroe haruslah netral. Sebab
tidak mungkin seorang Wali Nanggroe hanya jadi wali pada satu-satu
kelompok atau person.
Di Akhir pidatonya Makmor Habib berharap agar Rakyat Aceh menjaga
perdamaian ini dengan baik, hanya Rakyat Aceh yang bisa memajukan Aceh,
sesuai dengan Firman Allah, ”Satu-satu bangsa tidak akan di rubah
nasibnya kalau bangsa tersebut tidak mau merubah nasib diri mereka
sendiri”.
|