Media-Andesdi - BANDA ACEH - Sikap politik Partai Demokrat
menetapkan Irwandi Yusuf sebagai calon gubernur Aceh pada Pilkada 2017,
mendapat respons langsung dari Ketua Dewan Pimpinan Aceh Partai Aceh (DPA PA), Muzakir Manaf alias Mualem.
“Kita hargai sikap politik mereka, tapi menyangkut komitmen moral selama ini yang kita bangun ternyata tak sesuai ucapan. Partai Demokrat sudah dua kali mengkhianati PA dalam percaturan pemilu. Cukup rakyat Aceh yang menilainya,” kata Mualem kepada Serambi di Banda Aceh, Senin (8/8).
Dia menjelaskan, pengingkaran partai berlambang bintang mercy terhadap PA sudah terjadi sejak Pilkada 2012. Saat itu, Partai Demokrat ditunjuk oleh parnas dan parlok sebagai ketua tim kaukus untuk melakukan advokasi ke pusat agar tahapan pilkada yang salah bisa ditunda dan diperbaiki.
Penunjukan Partai Demokrat sebagai Ketua Tim Kaukus, menurut Mualem karena saat itu Presiden RI adalah Dr Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kala itu, SBY berjanji Pilkada Aceh akan ditunda dan memperbaiki kembali tahapannya. “Semua parnas dan parlok menunggu keputusan itu. Ketika tahapan masuk pada pendaftaran, e, ternyata Demokrat ingkar janji dengan mendaftar pada menit-menit terakhir dan mengusung Nazar-Nova,” ungkapnya.
Sedangkan pengkhianatan kedua, sebut Mualem, terjadi saat Partai Demokrat memutuskan mengusung Irwandi Yusuf sebagai calon gubernur Aceh periode 2017-2022. “Rapat terakhir dengan Demokrat mereka mengatakan dengan tegas, polling yang dilakukan dengan survei, Mualem di atas tapi ini belum kita publish, maka kami dukung Mualem,” ujarnya.
Bahkan, sebut Mualem, saat itu Nova Iriansyah, Ketua DPD Partai Demokrat Aceh tidak bercita-cita menjadi wakil dan menyerahkan sepenuhnya kepada Mualem untuk menetapkan pasangannya, apakah mengambil wakil dari Partai Aceh ataupun parnas. “Tapi ketika saya mengumumkan TA Khalid, dia sudah mencari wakil pada Irwandi. Kan mengkhianati itu,” tandas Mualem.
Mualem juga menyebutkan, pihaknya sudah membangun kepercayaan dengan semua pihak melalui Koalisi Aceh Bermartabat (KAB) dalam membangun kebersamaan di Aceh. Itu dilakukan untuk mengoptimalkan sumber pembangunan yang sinergi, mulai dari ulama, umara, tokoh masyarakat, akademisi, dan berbagai unsur lainnya.
“Semula semua sepakat, tapi di tengah jalan mereka menggunting dalam lipatan. Ironisnya, dalam beberapa pertemuan ada yang bersumpah tak akan mengkhianati,” ujar Wakil Gubernur Aceh tersebut.
Kendati demikian, tambahnya, pihaknya sudah siap melangkah dengan pendukung setia dan optimis bisa meraih kemenangan pada pilkada mendatang. Mualem juga mengatakan dirinya masih optimis koalisi Partai Aceh dengan partai nasional di tingkat daerah tetap harmonis meskipun terjadi perbedaan sikap di tingkat pusat dan provinsi.
“Mengenai apa yang telah kami putuskan terhadap dukungan untuk daerah, kami tetap konsisten dan mereka tetap akan berada dalam koridor pemenangan Muzakir Manaf dan TA Khalid. Bahkan, dukungan masyarakat Aceh untuk kita juga terus berdatangan,” ujarnya.
Dirinya, lanjut Mualem akan melibatkan banyak pihak dalam membangun Aceh dan menjalankan amanah MoU Helsinki dan UUPA yang belum seluruhnya terealisasi. “Bagi kami, setiap yang telah terucap akan kami tepati dan tidak sekali-kali mengkhianatinya,” kata Ketua Komite Peralihan Aceh (KPA) ini.
Wakil Gubernur Aceh ini menambahkan, dirinya memberi apresiasi kepada Ketua DPW Patai Kebangkitan Bangsa (PKB) Aceh, Irmawan yang secara tegas menyatakan tetap mengusung pasangan Muzakir Manaf-TA Khalid, meskipun keputusan DPP PKB mengusung pasangan Irwandi Yusuf-Nova Iriansyah. Dia meminta agar semua ketua partai politik dalam KAB untuk bersikap seperti Irwaman.
“Sebenarnya tokoh-tokoh partai nasional di Aceh harus mencontoh sikap yang ditunjukkan Ketua PKB Aceh, Irmawan yang berani bersuara lantang terhadap sikap politiknya dengan mendukung kita demi Aceh yang lebih baik. Saya sangat apresiasi terhadap Irmawan dengan ketegasannya, walau kita tahu siapa yang bermain di Jakarta,” pungkas Mualem.
Ketua DPD Partai Demokrat Aceh, Nova Iriansyah yang berusaha dikonfirmasi Serambi, Senin (8/8) malam tidak mengangkat Hp-nya dan sms yang dikirim juga tidak mendapat balasan. Namun, ketika ditanya kepada seorang kader Demokrat terkait pernyataan Mualem, kader tersebut tidak berani memberi penjelasan. “Itu kewenangan Pak Nova untuk menjawab,” katanya.
“Kita hargai sikap politik mereka, tapi menyangkut komitmen moral selama ini yang kita bangun ternyata tak sesuai ucapan. Partai Demokrat sudah dua kali mengkhianati PA dalam percaturan pemilu. Cukup rakyat Aceh yang menilainya,” kata Mualem kepada Serambi di Banda Aceh, Senin (8/8).
Dia menjelaskan, pengingkaran partai berlambang bintang mercy terhadap PA sudah terjadi sejak Pilkada 2012. Saat itu, Partai Demokrat ditunjuk oleh parnas dan parlok sebagai ketua tim kaukus untuk melakukan advokasi ke pusat agar tahapan pilkada yang salah bisa ditunda dan diperbaiki.
Penunjukan Partai Demokrat sebagai Ketua Tim Kaukus, menurut Mualem karena saat itu Presiden RI adalah Dr Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kala itu, SBY berjanji Pilkada Aceh akan ditunda dan memperbaiki kembali tahapannya. “Semua parnas dan parlok menunggu keputusan itu. Ketika tahapan masuk pada pendaftaran, e, ternyata Demokrat ingkar janji dengan mendaftar pada menit-menit terakhir dan mengusung Nazar-Nova,” ungkapnya.
Sedangkan pengkhianatan kedua, sebut Mualem, terjadi saat Partai Demokrat memutuskan mengusung Irwandi Yusuf sebagai calon gubernur Aceh periode 2017-2022. “Rapat terakhir dengan Demokrat mereka mengatakan dengan tegas, polling yang dilakukan dengan survei, Mualem di atas tapi ini belum kita publish, maka kami dukung Mualem,” ujarnya.
Bahkan, sebut Mualem, saat itu Nova Iriansyah, Ketua DPD Partai Demokrat Aceh tidak bercita-cita menjadi wakil dan menyerahkan sepenuhnya kepada Mualem untuk menetapkan pasangannya, apakah mengambil wakil dari Partai Aceh ataupun parnas. “Tapi ketika saya mengumumkan TA Khalid, dia sudah mencari wakil pada Irwandi. Kan mengkhianati itu,” tandas Mualem.
Mualem juga menyebutkan, pihaknya sudah membangun kepercayaan dengan semua pihak melalui Koalisi Aceh Bermartabat (KAB) dalam membangun kebersamaan di Aceh. Itu dilakukan untuk mengoptimalkan sumber pembangunan yang sinergi, mulai dari ulama, umara, tokoh masyarakat, akademisi, dan berbagai unsur lainnya.
“Semula semua sepakat, tapi di tengah jalan mereka menggunting dalam lipatan. Ironisnya, dalam beberapa pertemuan ada yang bersumpah tak akan mengkhianati,” ujar Wakil Gubernur Aceh tersebut.
Kendati demikian, tambahnya, pihaknya sudah siap melangkah dengan pendukung setia dan optimis bisa meraih kemenangan pada pilkada mendatang. Mualem juga mengatakan dirinya masih optimis koalisi Partai Aceh dengan partai nasional di tingkat daerah tetap harmonis meskipun terjadi perbedaan sikap di tingkat pusat dan provinsi.
“Mengenai apa yang telah kami putuskan terhadap dukungan untuk daerah, kami tetap konsisten dan mereka tetap akan berada dalam koridor pemenangan Muzakir Manaf dan TA Khalid. Bahkan, dukungan masyarakat Aceh untuk kita juga terus berdatangan,” ujarnya.
Dirinya, lanjut Mualem akan melibatkan banyak pihak dalam membangun Aceh dan menjalankan amanah MoU Helsinki dan UUPA yang belum seluruhnya terealisasi. “Bagi kami, setiap yang telah terucap akan kami tepati dan tidak sekali-kali mengkhianatinya,” kata Ketua Komite Peralihan Aceh (KPA) ini.
Wakil Gubernur Aceh ini menambahkan, dirinya memberi apresiasi kepada Ketua DPW Patai Kebangkitan Bangsa (PKB) Aceh, Irmawan yang secara tegas menyatakan tetap mengusung pasangan Muzakir Manaf-TA Khalid, meskipun keputusan DPP PKB mengusung pasangan Irwandi Yusuf-Nova Iriansyah. Dia meminta agar semua ketua partai politik dalam KAB untuk bersikap seperti Irwaman.
“Sebenarnya tokoh-tokoh partai nasional di Aceh harus mencontoh sikap yang ditunjukkan Ketua PKB Aceh, Irmawan yang berani bersuara lantang terhadap sikap politiknya dengan mendukung kita demi Aceh yang lebih baik. Saya sangat apresiasi terhadap Irmawan dengan ketegasannya, walau kita tahu siapa yang bermain di Jakarta,” pungkas Mualem.
Ketua DPD Partai Demokrat Aceh, Nova Iriansyah yang berusaha dikonfirmasi Serambi, Senin (8/8) malam tidak mengangkat Hp-nya dan sms yang dikirim juga tidak mendapat balasan. Namun, ketika ditanya kepada seorang kader Demokrat terkait pernyataan Mualem, kader tersebut tidak berani memberi penjelasan. “Itu kewenangan Pak Nova untuk menjawab,” katanya.