Ribuan umat Islam shalat berjamaah di Masjid Namira, Padang Arafah,
dekat kota suci Mekah, Saudi Arabia, 23 September 2015. Umat Islam
berkumpul di Padang Arafah pada puncak ibadah haji, tepatnya 9
Dzulhijjah pada penanggalan Islam
Media-Andesdi - MEKKAH - Pemerintah
Indonesia menyiapkan 10 bus dan ambulans untuk melakukan safari wukuf
bagi jemaah haji yang sakit dan tidak bisa mengikuti ibadah wukuf di
Padang Arafah. "Ada 10 bus yang disiapkan, empat bus untuk safari wukuf dengan cara
berbaring bagi jemaah yang memang harus tidur dan sisanya enam bus untuk
jemaah yang masih bisa duduk," kata Direktur Jenderal Kesehatan
Masyarakat Kementerian Kesehatan RI Anung Sugihantono di Klinik
Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Mekkah, Arab Saudi, Selasa (30/8/2016).Anung mengatakan, bus yang diperuntukkan bagi pasien yang harus
dibawa dalam kondisi berbaring akan diatur kapasitasnya untuk empat
hingga delapan pasien per bus.
"Tergantung kegawatan masing-masing," kata dia, merujuk pada keperluan untuk menyertakan peralatan yang diperlukan pasien. Ambulans, kata dia, akan diperuntukkan safari wukuf bagi pasien
dengan tingkat kegawatan khusus yang mengakibatkan yang bersangkutan
tidak dapat ditempatkan dalam bus."Safari wukuf dengan ambulans diberikan pada jemaah, sampai batas tertentu," ujarnya. KKHI bekerja sama dengan pihak kesehatan Arab Saudi untuk menentukan
pasien-pasien yang bisa diberangkatkan mengikuti safari wukuf, termasuk
pasien ICU (intensive care unit).Para pasien di dalam setiap bus dan ambulans itu akan
didampingi oleh pembimbing ibadah untuk memastikan kelengkapan ibadah
mereka.
Sementara itu bagi pasien yang bahkan tidak mampu untuk menjalani
safari wukuf maka pemerintah akan melakukan badal haji atas nama yang
bersangkutan sebagaimana jemaah yang meninggal dunia sebelum puncak
ibadah wukuf di Arafah. Kepala Bidang Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Eka Jusup Singka menjelaskan bahwa tidak semua pasien dapat melakukan safari wukuf. "Pasien-pasien yang kesadarannya telah menurun, sudah tidak mampu
mengenal dirinya atau mengingat keberadaannya, secara ibadah juga tidak
bisa, jadi akan dibadalkan," kata Eka. Pasien-pasien itu, menurut dia, jika diberangkatkan justru menimbulkan potensi kerawanan. "Kalau koma misalnya, bagaimana juga bisa ibadah," tuturnya.
Namun, tambah dia, pasien-pasien dengan kondisi kesadaran baik akan
selalu dapat diberangkatkan safari wukuf, misalnya pasien patah tulang
ataupun pascaoperasi untuk diabetes melitus. "Bagaimana pun juga selain mensukseskan ibadah kita juga harus memperhatikan faktor keamanan dan keselamatan," ucapnya.Safari wukuf adalah kegiatan membawa jemaah haji yang sakit di Arab
Saudi menuju ke Padang Arafah dengan alat transportasi yang layak. Di
Padang Arafah alat-alat transportasi itu akan berhenti sejenak sebelum
kemudian kembali ke KKHI. Sementara itu data dari Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji
Terpadu Kesehatan (Siskohatkes) pada Selasa (30/8) pukul 08.00 waktu
Arab Saudi mencatat bahwa total 800 jemaah menjalani rawat inap dan 958
jemaah menjalani rujukan.