Catatan :

Tgk Abdullah Syafi’i, Pemimpin Sepanjang Masa

TGK Abdulla Syafi'i
 
Media Andesdi - TGK  Abdullah Syafii - Pemimpin yang selalu didambakan dan dicintai oleh seluruh lapisan masyarakat merupakan barang langka saat ini. Pemimpin yang selalu memikirkan tentang kemaslahatan orang banyak serta mengedepankan keadilan dan kejujuran menjadi barang antik nan sulit ditemukan. Ditambah lagi pada era Globalisasi pertarungan individualistik semakin kental dan kepentingan kolektif sudah mulai ditinggalkan, tak terkecuali juga melekat pada karakter kepemimpinan seseorang. Sosok pemimpin dambaan rakyat sebenarnya dimiliki oleh sang Pemimpin sepanjang masa Alm. Tgk Abdullah Syafi’i yang kerap disapa dengan Tgk Lah. Karakter itu dimiliki oleh seorang penjuang sejati yang tewas didalam perjuangan membebaskan Aceh dari ketertindasan kala itu. Tanpa mengenal lelah terus bergerilya memimpin pasukan untuk melawan musuhnya, hingga berahir di ujung bedil peluru tajam pasukan TNI menembus kepalanya dan juga dikujur tubuhnya.

Dialah seorang pemimpin yang menjadi panutan semua orang, sifatnya yang sederhana, murah hati dan baik tutur katanya membuat semua masyarakat menaruh hati untuk mengenang seorang pemimpin yang mempunyai karakter mengayomi, melindungi dan mendidik. Sangat sulit menemukan sosok pemimpin yang demikian, siap dikritik dan tak pernah marah bila ada yang memberikan masukan. Sangat kontras dengan gaya kepemimpinan masa kini yang terkesan enggan menerima kritikan dan penuh hegemonistik. Padahal, Tgk Lah merupakan seorang Panglima Besar yang disegani baik lawan maupun kawan. Tetapi kepribadian murah hatinya tetap terpancarkan diwajah keriputnya yang dimakan usia. Dimata masyarakat ia adalah sosok pemimpin sepanjang masa, belum ada yang bisa menggantikan sosok kepribadiannya. Kalimat inilah yang selalu terdengar ditengah-tengah masyarakat, banyak yang merindukan sosok demikian muncul kembali untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat pada pemimpin yang saat ini terkesan apatis dan sudah mulai memudar kepercayaannya.

Panglima sekaligus menjadi “ayah” bagi pasukan yang dipimpinnya selalu menyirami dengan siraman rohaninya setiap ada kesempatan. Nasehat – nasehat spiritual selalu diberikan disela – sela istirahat. Disaat ada waktu senggang, ia selalu memberi bekal ilmu akhirat maupun ilmu pengetahuan lainnya kepada pasukannya. Hal inilah yang selalu dikenang oleh pasukannya maupun seluruh lapisan masyarakat Aceh. Jadi, tidak heran saat kepergiannya dari muka bumi ini pada tanggal 22 Januari 2002 meninggalkan banyak kesan. Seluruh lapisan masyarakat merasa kehilangan seorang tokoh yang dikaguminya. Kesannya terlalu cepat Tuhan mengambil nyawanya dari rakyat. Justru kehilangannya membangkitkan semangat juang baru dari masyarakat untuk menuntut hak – haknya dan menyambung estapet perjuangan.

Tgk Lah tidak pernah mengecapkan pendidikan militer di luar Negeri layaknya Muzakir Manaf yang pernah latihan Militer di Libya. Bahkan ia tidak pernah lari keluar Aceh saat masih dalam masa konflik. Tgk Lah yang dikenal sangat gesit menghindar dari kejaran TNI kala itu membuat dia terus bisa bertahan di hutan belantara. Keluar masuk hutan sudah terbiasa baginya, hari – harinya lebih banyak dihabiskan keberadaan didalam hutan untuk menghindari dari kejaran pasukan TNI. Berkat pengalamannya pada panggung sandiwara saat mudanya yang melakoni peran wanita, membuat ia begitu mudah menyamar menjadi orang lain dan bisa selamat dari kejaran TNI-POLRI saat aceh masih didera konflik. Walaupun nyawa beliau berakhir diujung senjata TNI pada awal tahun 2002. Ia tewas bersama istri tercintanya di sebuah gunung Jimjim kabupaten Pidie Jaya.

Tewasnya Tgk Lah muncul berbagai macam spekulasi berbagai kalangan. Ada yang menganggap tidak masuk akal seorang Panglima bisa tewas dengan mudah diujung senjata TNI. Kemana seluruh pengawalnya, apakah semua melarikan diri saat terjadi pertempuran atas arahan Tgk Lah, atau memang ada terjadi pembiaran. Entahlah, sampai sekarang misteri itu belum terjawab dan belum terbongkar faktanya. Secara teori tidak mungkin seorang Panglima Besar dengan mudah bisa tembus pengawalannya, biasanya seorang Panglima memiliki pengawal yang berlapis, tetapi tidak dengan Panglima sepanjang masa ini. Kenapa begitu rapuh pertahanan dan pengawalannya. Baiklah, tidak perlu berspekulasi menyangkut tragedy tersebut, itu sudah berlalu dan beliau sendiri juga pernah mengatakan “bila Aceh sudah “merdeka”, sudah aman, beliau tidak mau menikmatinya, alangkah lebih baik dirinya syahid dimedan pertempuran”. 

Ada banyak penuturan yang dikisahkan oleh orang – orang dekat dengannya dimasa masih hidup. Kisah – kisah tersebut semua menceritakan bagaimana seorang Panglima yang rendah hati bisa mengayomi seluruh pasukannya dan juga selalu menghindari jatuhnya korban dari pihak masyarakat. Ia juga seorang Panglima yang ikut terjun langsung bertempur melawan pasukan keamanan Negara Indonesia kala itu. Tgk Lah selalu berpesan kepada pasukan yang dipimpinnya, agar selalu ramah dengan masyarakat, karena merekalah yang menjadi tameng pasukan GAM. Namun paska MoU Helsinky banyak anggota GAM yang sudah sombong terhadap masyarakat yang telah membantunya. (Fatimah ) Itu sepenggal cerita yang dituturkan oleh Fatimah yang merupakan adek kandung Tgk Abdullah Syafi’i. Sebenarnya ada banyak kisah lain yang menceritakan sifat kepemimpinan yang dimiliki oleh Tgk Lah. Dalam memimpin pasukan Tgk Lah bukan menjadikan dirinya “Penguasa”, tetapi menjadikan dirinya sebagai pemimpin yang mengayomi dan mendidik pasukannya untuk selalu berpegang teguh pada perjuangan yang mulia. Perjuangan bukan semata – mata untuk mencari kekayaan, kemewahan dan kemegahan, tetapi perjuangan murni untuk merubah tatanan sosial ekonomi politik Aceh menuju yang lebih baik.

Bupati Aceh Jaya Azhar Abdurrahman merupakan salah seorang yang mengaguminya, walau belum pernah bertemu langsung dengan Tgk Lah, namun menaruh simpati dan sangat mengagumi Panglima Besar tersebut. Abdullah Syafie adalah figur idolanya. Ia pun masih mengingat pesan Teungku Lah sebelum ajal menjemput. “Jika suatu hari nanti Anda mendengar berita bahwa saya telah syahid, janganlah saudara merasa sedih dan patah semangat. Sebab saya selalu bermunajat kepada Allah SWT agar mensyahidkan saya apabila kemerdekaan Aceh telah sangat dekat. Saya tak ingin memperoleh kedudukan apapun apabila negeri ini (Aceh) merdeka…“.

Sangat kontras perbedaan sifat yang dimiliki oleh Tgk Lah dibandingkan dengan tokoh – tokoh sekarang. Saat ini semua orang berlomba – lomba untuk mendapatkan kekuasaan dengan menghalalkan segala cara. Mendapatkan kekuasaan dengan menebar teror, intimidasi dan pemaksaan lainnya bahkan eronisnya rela mengorbankan nyawa seseorang demi secuil kekuasaan. Tidak sadarkah buah perdamaian dan kemewahan yang didapatkan itu merupakan tetesan darah para syuhada yang telah mendahului kita. Akankah kita sia – siakan pengorbanan mereka? Nyawa melayang untuk mempertahankan harkat martabat Bangsa Aceh. Tgk Lah pasti akan menangis bila dari alam kuburan bisa menglihat tingkah laku rekan – rekannya sekarang yang sudah lupa daratan. Gelap dengan kemegahan dan kemewahan yang telah dimilikinya. Lupa akan sumpah janji perjuangan untuk mensejahterakan rakyat Aceh, justru kebencian dan kemurkaan yang sering ditebarkan. Konon bicara mensejahterakan rakyat, yang muncul adalah berlomba – lomba merebut kekuasaan dengan cara – cara saling bermusuhan. Alih – alih bicara kemandirian ekonomi masyarakat, konflik sesama yang selalu muncul dipermukaan.

Apakah tidak sedikitpun terpatri dalam hati kita menglihat puluhan tahun kesengsaraan rakyat dimasa konflik. Cukup sudah kesengsaraan itu berakhir semenjak ditanda tangani nota kesepahaman di Helsinky antara Pemerintah Indonesia dan GAM. Akhirnya melahirkan pemimpin lokal dari kalangan pejuang dimasa lampau dan juga lahir politik lokal dengan adanya instrument Partai Lokal. Janganlah menambah luka baru dihati rakyat, karena luka lama masih berbekas dan bahkan belum sembuh total.
Tgk Abdussamad yang sering disapa oleh masyarakat setempat, beliaulah orangnya yang selalu melayani Tgk Lah. Desa itu adalah desa Beungga dusun meunasah sagoe Kecamatan Tangse yang baru saja dilanda banjir bandang. Memang sosok pemilik rumah yang sering disinggahi oleh sang pemimpin sepanjang masa ini tidak populis dan tidak banyak orang mengenal. Dibelakang rumah imum meunasah itu ada sungai mengalir yang jernih, siapapun yang menglihatnya pasti ingin mandi dan berendam didalamnya. Walaupun sungai tersebut tahun yang lalu mengamuk akibat terjadi perambahan hutan besar – besaran.

Nah, disanalah Tgk Lah sering mandi untuk membersihkan dirinya saat baru turun dari gunung. Tgk Abdussamad selalu siap menanggung resiko untuk sekedar melayani apa adanya dan mempersiapkan bekal untuk Tgk Lah guna melanjutkan perjalanan mengembara didalam hutan di Kabupaten Pidie. Sudah sepatutnya Pemerintah Aceh harus memperhatikan dan memberikan pernghargaan serta harus ada perhatian khusus baik untuk keluarganya maupun makamnya untuk ditata yang lebih baik. Ia adalah pahlawan bagi rakyat Aceh, meskipun belum ada pengakuan secara resmi dari Pemerintah Aceh. Apa lagi, salah satu anak muridnya sekarang sudah menjadi Wakil Gubernur Muzakir Manaf. Tgk Lah saat itu pernah memberikan pendidikan kepemimpinan pada Muzakir Manaf dimasa hidupnya melalui Pelajar Islam Indonesia (PII). Sudah sepatutnya selaku anak murid dan juga sesama mantan Panglima Besar harus ada perhatian pada sang gurunya. Demikian juga kepada seluruh rakyat Aceh harus keluarkan mereka dari jurang kemiskinan dan harus mempu mengangkat derajat ekonomi politik rakyat Aceh. Besar harapan public pada Pemerintahan sekarang bisa mengembankan amanahnya secara professional dan sesuai aturan hukum yang berlaku. Semoga.

Related Posts

Comments
0 Comments


EmoticonEmoticon

:)
:(
=(
^_^
:D
=D
=)D
|o|
@@,
;)
:-bd
:-d
:p
:ng
:lv