Gubernur Aceh dr Zaini Abdullah bersama Wali Nanggroe Malik Mahmud Al
Haithar, Ustadz Arifin Ilham serta unsur Forkopimda Aceh melepas burung
merpati pada peringatan 11 tahun MoU Helsinki di Taman Ratu Safiatuddin,
Banda Aceh, Senin (15/8).
* Refleksi 11 Tahun Perdamaian
Media-Andesdi - BANDA ACEH - Meski perdamaian Aceh telah memasuki usia 11 tahun sejak penandatanganan damai
antara Pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pada 15
Agustus 2005, namun hingga kini masih ada perkerjaan rumah (PR) yang
harus diselesaikan. Di antaranya pembangunan infrastruktur dan
peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat Aceh. Pernyataan itu dikatakan Gubernur Aceh, Zaini Abdullah saat berpidato pada peringatan 11 tahun MoU Helsinki
di Taman Ratu Safiatuddin, Banda Aceh, Senin (15/8). “Di samping memang
ada keberhasilan yang telah kita capai, tentu masih ada PR yang belum
tuntas, yang harus segera dituntaskan, seperti menyangkut pembangunan
infrastruktur dan peningkatan kualitas kesejahteraan masyarakat,” kata
Zaini Abdullah.
Zaini mengajak semua pihak terutama yang terlibat dalam pemerintahan
untuk terus melaksanakan program-program pembangunan yang lebih
merespons atau menjawab kebutuhan masyarakat. Hal itu bertujuan untuk
meningkatkan taraf kualitas kesejahteraan secara efektif, efisien, dan
tepat sasaran. “Konflik yang terjadi di Aceh harus menjadi pelajaran
bagi kita semua, semua kita harus ikhlas, jujur, untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat Aceh,” katanya. Pada peringatan 11 tahun perdamaian, kemarin, Zaini juga meminta
semua pihak terus meawat perdamaian dengan sebaik-baiknya. Ia yakin,
saat ini tak ada lagi seorang pun yang menginginkan konflik terulang di
Aceh. Karena, kata Zaini, konflik berkepanjangan di Aceh telah membuat
daerah ini hancur lebur yang menyebabkan Aceh sebagai daerah terbelakang
atau tertinggal di Indonesia.
“Makanya, sayangilah perdamaian ini, karena perdamaian ini sangat
mahal, mahal untuk mendapatkannya, mahal untuk menjaga dan
meneruskannya. Semoga Allah selalu meridhai kita semua,” tandas Zaini
Abdullah. Meski masih banyak PR yang harus dikerjakan pemerintah ke depan,
namun Zaini tak menampik setelah terlepas dari kungkungan konflik
berkepanjangan, Aceh perlahan mencoba keluar dari keterpurukan.
Menurutnya, juga banyak hal yang telah dicapai Pemerintah Aceh selama
ini berkat kerja keras semua pihak. “Semua yang telah kita raih ini
menunjukkan kerja keras kita dalam merawat perdamaian, ini mulai
menunjukkan hasil yang cukup baik, mari kita tingkatkan dan terus kita
jaga,” ujarnya.
Gubernur juga menyampaikan rasa suka citanya atas
terbentuknya Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR) yang didahului
dengan penetapan Qanun Aceh tentang KKR. Menurutnya, hal itu membuktikan
bahwa penghormatan terhadap hak asasi manusia semakin meningkat.
“Pemerintah Aceh bersama DPRA telah menetapkan Qanun tentang Komisi
Kebenaran dan Rekonsiliasi yang saat ini sedang dalam proses pelantikan
Komisionernya, saya harapkan dalam tahun ini Komisioner KKR sudah mulai
bekerja,” harap Zaini Abdullah. Peringatan 11 tahun perdamaian berlangsung sederhana, tidak sama
dengan peringatan 10 tahun yang dibalut dengan serangkaian acara bahkan
dihadiri oleh tamu dari luar Aceh dan Indonesia. Kemarin, acara
peringatan hanya ditandai pelepasan burung merpati sebagai simbol damai, tausiah serta doa oleh Ustaz Arifin Ilham.
Peringatan kemarin dihadiri oleh unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Aceh, sejumlah anggota dewan, masyarakat umum, dan juga pelajar dari Banda Aceh dan Aceh Besar. Selain acara seremonial peringatan damai, panitia juga menyuguhkan berbagai dokumen tentang konflik, damai, dan rekonsiliasi yang tejadi di Aceh melalui stan-stan pemerintah. Wali Nanggroe, Tgk Malik Mahmud dalam sambutannya juga menyebutkan masih banyak yang harus diselesaikan meski perdamaian Aceh telah memasuki usia 11 tahun. “Masih banyak yang belum sepenuhnya kita capai, maka oleh karena itu melalui mimbar ini saya mengajak seluruh rakyat Aceh bersatu dan bersama-sama membangun Aceh ke depan,” ujar Malik Mahmud.
Malik Mahmud mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Aceh dan semua pihak yang telah bersusah payah melahirkan perdamaian di Aceh. Ia juga mengatakan, perdamaian antara Gerakan Aceh Merdeka dengan Pemerintah Republik Indonesia dapat dijadikan contoh kepada dunia dan dapat dijadikan sebagai model perdamaian.“Marilah kita istiqamah untuk terus merawat perdamaian ini agar Aceh terus berjaya dan sejahtera. Mari rajut dan membangun kekuatan dengan persatuan, bak duek bak doeng sapu pakat, sang seuneusap meu adoe-a,” pungkas Malik Mahmud. (dan)
Peringatan kemarin dihadiri oleh unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Aceh, sejumlah anggota dewan, masyarakat umum, dan juga pelajar dari Banda Aceh dan Aceh Besar. Selain acara seremonial peringatan damai, panitia juga menyuguhkan berbagai dokumen tentang konflik, damai, dan rekonsiliasi yang tejadi di Aceh melalui stan-stan pemerintah. Wali Nanggroe, Tgk Malik Mahmud dalam sambutannya juga menyebutkan masih banyak yang harus diselesaikan meski perdamaian Aceh telah memasuki usia 11 tahun. “Masih banyak yang belum sepenuhnya kita capai, maka oleh karena itu melalui mimbar ini saya mengajak seluruh rakyat Aceh bersatu dan bersama-sama membangun Aceh ke depan,” ujar Malik Mahmud.
Malik Mahmud mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Aceh dan semua pihak yang telah bersusah payah melahirkan perdamaian di Aceh. Ia juga mengatakan, perdamaian antara Gerakan Aceh Merdeka dengan Pemerintah Republik Indonesia dapat dijadikan contoh kepada dunia dan dapat dijadikan sebagai model perdamaian.“Marilah kita istiqamah untuk terus merawat perdamaian ini agar Aceh terus berjaya dan sejahtera. Mari rajut dan membangun kekuatan dengan persatuan, bak duek bak doeng sapu pakat, sang seuneusap meu adoe-a,” pungkas Malik Mahmud. (dan)