BANDA ACEH - Aceh urutan kedua terendah pertumbuhan ekonomi
se-Sumatera pada triwulan III 2016, yaitu 2,22 persen. Sedangkan paling
rendah Riau, yakni 1,11 persen dan tertinggi Sumatera Utara yang
mencapai 5,28 persen. Angka se-Sumatera ini berdasarkan pertumbuhan
produk domestik regional bruto (PDRB) year on year.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh, Wahyudin MM menyampaikan hal
ini dalam berita resmi statistik di kantor BPS setempat, Senin (7/11).
Menurutnya, rendahnya pertumbuhan ekonomi di Aceh karena sektor-sektor berkontribusi besar, seperti pertanian dan industri, pertumbuhannya kecil.
“Sektor pertanian yang kontribusinya lebih dari 25 persen justru
tumbuhnya hanya 3,06 persen. Hal ini dikarenakan menurunnya produksi
padi,” sebutnya.
Selain itu, kata Wahyudin, berdasarkan lapangan usaha, ada juga pertumbuhan ekonomi
di Aceh yang negatif, yaitu sektor pertambangan minus 14,16 persen dan
sektor industri juga negatif minus 2,38 persen. Sementara untuk sektor
jasa keuangan tumbuh paling tinggi 19,69 persen yang diikuti sektor
kontruksi 16,10 persen.
Wahyudin juga menyebutkan luas lahan di Aceh dari 2014 hingga kini
sedikit menurun karena adanya konversi lahan, pengaruh musim serta
jumlah produktivitas yang kecil. “Di Aceh pertanian yang banyak itu
padi, sementara jagung dan kedelai kecil. Maka itu pemerintah harus
meningkatkan sektor-sektor yang memberikan kontribusi besar terhadap
pertumbuhan ekonomi seperti pertanian, industri, kontruksi,” katanya.
Ia mencontohkan untuk sektor pertanian, produktivitas di Aceh 5,1 ton
per hektare atau di bawah provinsi lain yang rata-rata sudah enam ton
per hektare, bahkan di Vietnam sudah sepuluh ton per hektar. Karena itu,
kata Wahyudin, teknologi pertanian di Aceh harus ditingkatkan.
Kepala BPS Aceh, Wahyudin juga menyampaikan pada Agustus 2016, jumlah
penduduk yang bekerja menurut pendidikan tertinggi adalah tingkat SD
mencapai 638 ribu orang atau 30,57 persen. Tingkatan ini banyak
dibandingkan jenjang pendidikan lainnya.
“Mereka umumnya terserap pada lapangan kerja yang tidak banyak
membutuhkan skill, seperti buruh tani dan lainnya,” ujarnya. Selanjutnya
diikuti tingkat SMA sebanyak 561 ribu orang (26,89 persen), kemudian
SMP 422 ribu orang (20,20 persen).
Kemudian tingkat Universitas 258 ribu orang (12,34 persen), diploma
119 ribu orang (5,72 persen), dan terakhir tingkat pendidikan SMA
kejuruan sebanyak 89 ribu orang (4,28 persen). “Berdasarkan data
tersebut, terlihat bahwa sebagian besar tenaga kerja di Aceh masih
didominasi oleh tenaga kerja dengan pendidikan yang rendah yaitu
setingkat SD kebawah,” demikian Wahyudin.
Sumber : serambi indonesia