Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduk islam terbesar di dunia dan sangat dikenal dengan budaya timurnya yang lemah lembut dan berperikemanusiaan. Bahkan dalam falsafah negara pada sila keduanya disebutkan “kemanusiaan yang adil dan beradab”. Manifestasi dari sila kedua tentang kemanusiaan yang adil dan beradab ini bisa dilihat dari bagaimana cara penduduk Aceh menyambut kaum muhajirin etnis Rohingya yang didzolimi dan butuh bantuan mendesak. Masyarakat Aceh pun berbondong-bondong menyambut tamu dari Allah ini dengan bentuk pertolongan dan memberikan kebutuhan mereka. Bisa jadi, Imigran etnis Rohingya yang berhijrah ke Aceh ini merupakan salah satu bentuk ujian dari Allah kepada kita rakyat Indonesia yang mayoritas muslim agar dapat mengayomi dan menolong saudara seiman dan seislam.
Baca : Kebakaran di Israel berhasil diatasi, Palestina membantu padamkan api
FPI Galang Dana 10 Milyar Untuk Beli Senjata Dan Kirim 1000 Mujahid ke Rohingya
Sebenarnya, Etnis Rohingya
ini sudah ditolak oleh beberapa negara yang mereka ingin tempati seperti
Thailand dan Malaysia. Memang sangat ironis jika kita hanya melihat
dari segi politik tanpa memperhatikan aspek kemanusiaan. Meskipun
dunia memuji Aceh dengan segala upayanya untuk menolong Rohingya.
Ternyata hak-hak kemanusiaan juga telah dilaksanakan untuk membantu
etnis rohingya di negeri jauh sana seperti negara Turki dan kerajaan
Saudi. Namun, kebijakan yang kemudian
ditetapkan di Indonesia telah mengoyak arti kemanusiaan pada sila kedua
dan menyangkal akan makna “almuslim akhul muslim” (orang islam adalah
saudara bagi islam lainnya). Seperti beberapa berita yang sempat
tersiar, bahwa TNI akan tetap menghalau etnis Rohingya masuk ke
Indonesia.
Jenderal Moeldoko yang
merupakan Panglima TNI Indonesia menegaskan, Bahwa pemerintah Indonesia
tidak akan membiarkan wilayah lautnya dimasuki kapal-kapal pengungsi
Rohingya. Menurutnya, bantuan makanan tetap akan diberikan untuk
pengungsi dari Myanmar, namun kita akan tetap mencegah mereka masuk
apalagi sampai turun di daratan Indonesia. “Untuk
etnis Rohingya, jika mereka ada kesulitan di laut, maka kita wajib
bantu. Kalau ada sulit air atau makanan kami akan bantu, karena ini
terkait humanisme. Tapi jika mereka masuki wilayah kita, maka tugas TNI
untuk menjaga kedaulatan penuh Indonesia” kata Moeldoko di Istana
Presiden, Sabtu (16/5/2015).
Moeldoko
menegaskan bantuan akan diberikan di tengah laut, sehingga kapal-kapal
yang ditumpangi pengungsi dari Rohingnya tidak harus memasuki wilayah
teritorial Indonesia. Patroli yang dilakukan oleh TNI Angkatan Laut dan
Angkatan Udara juga akan dikerahkan untuk menjaga wilayah laut agar
Indonesia tetap steril dari pencemaran. Menurut
Moeldoko, langkah ini diambil karena diyakini bahwa munculnya para
pengungsi ilegal ini malah akan menimbulkan persoalan sosial. “Mengurus rakyat Indonesia sendiri saja tidak gampang, jangan lagi dibebani persoalan ini,” ucap Moeldoko. Oleh
karena itu TNI Angkatan Laut telah mempersiapkan kapal-kapal militer
untuk menghalau kedatangan kaum-kaum yang terdzolimi itu masuk ke
wilayah Indonesia.
“4 kapal perang dan
sebuah pesawat akan terus berpatroli di pantai Aceh guna mencegah
perahu imigran masuk,” kata Kepala Pusat PeneranganTNI Mayor Jenderal
Fuad Basya, seperti dilansir The Guardian, Selasa (19/5/2015). Namun berbeda dengan negara
super seperti Turki dan Saudi. Diberitakan bahwa Turki telah
mempersiapkan kapal-kapal militer AL untuk ikut serta dalam misi
penyelamatan etnis Rohingya yang terombang-ambing di laut Andaman. “Pemerintah
Turki telah mengirim kapal militer Turki di wilayah tersebut dan
bergabung dengan upaya internasional untuk membantu para pengungsi
Rohingya,” kata Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu seperti dilansir
dari Xinhua, Rabu (20/5). Bukan hanya
itu, Relawan dari Turki yang tergabung dalam Non-Governmental
Organization (NGO) Asal Turki ฤฐnsani Yardฤฑm Vakfฤฑ (IHH) telah tiba di
Aceh untuk memberikan bantuanya terhadap para pengungsi Rohingya yang
berada di Aceh.
Sedangkan di Arab
Saudi dengan raja barunya, Salman Bin Abdul Aziz. Menegaskan bahwa
terdapat sekitar 200.000 warga Rohingya yang diakui dan diizinkan
tinggal tetap di kerajaan Saudi. Ketua
komunitas Muslim Rohingya di Arab Saudi. Abu Shami Abdul Majid
mengatakan mimpi mereka akan jadi kenyataan untuk bisa berubah menjadi
warga negara Arab Saudi yang sah. Menurutnya,
kemudahan ini adalah berkat kebaikan pemerintah kerajaan Arab Saudi
yang mengakui keberadaan warga Rohingya di negara tersebut. Seperti
dilansir dari Saudi Gazette, Bahwa Kerajaan Saudi Arabia telah
memberikan izin tinggal (iqamah) untuk 200.000 pengungsi Muslim
Rohingya. Sementara jutaan penduduk Rohingya lainnya tengah menjalani
proses penerimaan iqomah.
Media lain
terpercaya lainnya, Makkah News memberitakan, sampai saat ini masih
terdapat sekitar 4 juta warga Rohingya di Saudi kini berhak untuk
mendapatkan iqamah. Abdul Majid juga
menambahkan, bahwa warga Rohingya telah lebih dari 70 tahun lalu menjadi
bagian dari Arab Saudi, setelah mereka kabur dari pembantaian etnis di
Myanmar. Bahkan sekarang-sekarang ini,
warga Rohingya di Saudi bisa bebas bekerja, memperoleh layanan sosial
dan menempuh pendidikan di sekolah maupun universitas Saudi serta
hak-hak sebagai warga negara lainnya. Selain
Saudi dan Turki, Aceh yang juga bagian dari Indonesia juga telah
memberikan kontribusi yang banyak untuk peristiwa sejarah peradaban ini.
Kebaikan rakyat Aceh telah diberitakan oleh banyak media internasional.
Kini Aceh telah mencatat sebuah sejarah penting dan peradaban baru
untuk kemanusiaan.
Namun, walau
bagaimanapun, Indonesia telah tercoreng dan dipermalukan oleh Turki dan
Saudi. Tatkala Indonesia mempersiapkan kapal-kapal AL untuk menghadang
kedatangan imigran Rohingya, Pemerintah Turki justru malah mempersiapan
kapal-kapal AL untuk menyelamatkan mereka atas nama kemanusiaan. Tatkala
Saudi Arabia telah memberikan izin tinggal di negara mereka, Indonesia
malah kebingungan dengan kehadiran mereka yang butuh tempat tinggal.
Padahal di Indonesia banyak terdapat pulau-pulau yang tidak berpenghuni,
Dengan
demikian harus kita akui bahwa kesadaran kemanusiaan pemerintah negara
Indonesia masih sangat jauh jika dibandingkan dengan Turki dan Saudi.
Kadang kita sendiri sebagai warga Indonesia sangat risih. Dengan
keruwetan politik serta sosial di negeri ini, akan membuat kita paham
betul bahwa betapa akutnya penyakit yang diderita Indonesia